Postingan

RENJANA (2)

Gambar
Hujan, hujan, hujan... Pagi-pagi kenapa datang? Penghangatku sudah pergi, jauh sekali Basah di pipi semalam tak mampu membuatnya kembali Hujan, hujan, hujan... Aura sendu mengundang rindu Sana, pergi! Kembalikan mentari, Kubutuh hangatnya merasuk pori Nanti malam datang lagi, Hujan, sendu, rindu...

RENJANA (1)

Gambar
Aku ingin terus menggenggam Tapi, kebas. Bagaimana? Seandainya kau juga, Menggenggamku dalam rencana yang sama... Ini tangan, Mau bergantian? Sampai perpisahaan malu berkenalan.

BAGAIMANA JIKA SEBENARNYA KAU TAU KISAH CINTAMU TAK BERUJUNG?

Gambar
            Bagaimana jika sebenarnya kau tau kisah cintamu tak berujung?             Berbeda keyakinan.             Saat Minggu tiba, dia rutin mengantarmu ke tempat ibadah. Setelah itu, ia kembali bermain di dunianya. Waktu ibadahmu telah selesai, ia berjanji menjemputmu dan mengantarmu kembali sampai ke rumahmu yang nyaman. Saat itu senja hampir menghilang. Sebentar lagi masuk waktu ibadah baginya. Kau rela menemaninya singgah sebentar ke bangunan yang mulai didatangi beberapa kaum laki-laki dewasa dan anak-anak. Beberapa anak perempuan yang memakai kain panjang menutupi seluruh tubuhnya juga berlari-lari kecil kesana. Tidak masalah bagimu duduk di area parkiran sembari menunggu dia yang sedang bertemu dengan Tuhannya. Lalu, lagi-lagi pertanyaan itu muncul. “Sampai kapan harus begini?” Kau masih menerka-nerka akhirnya. Dan selalu saja, tak kau temukan jawaban. “Bisakah suatu saat aku menjadi orang yang hidup dibawah atap yang sama denganmu?” Walaupun kau tau hal it

UNTUKMU, PASANGAN JARAK JAUH-KU: SATU HAL YANG KAU HARUS TAHU

Gambar
      Sayang...      Sedang apa? Sudah makan? Bagaimana pekerjaanmu? Apa kau lelah? Perempuan mana yang menggodamu kali ini? Maaf jika aku hanya bisa bertanya. Disaat semua temanmu bisa merasakan sentuhan wanitanya tanpa dihalangi jarak, maaf karena aku tak bisa memberinya. Seharusnya aku disana, disampingmu: menepuk pundakmu, memangku kepalamu, dan mengelus rambutmu untuk menghilangkan semua penat yang kau rasa. Aku menulis ini dengan penuh rindu yang kutahan. Kalau boleh aku berterus terang, aku baru saja menangis dikalahkan rindu. Walaupun setiap hari kukatakan bahwa aku merindukanmu, tetap saja itu tak mengubah apa-apa. Aku masih disini dengan perasaan yang sama dan rindu yang semakin memuncak. Begitulah, semakin kukatakan, sakitnya semakin meradang. Apalagi setiap kali kulihat namamu muncul di layar telepon genggamku, ada perasaan hangat yang muncul saat rindu sudah lama membeku akan ketidakhadiranmu. Tidak jauh dari aku menginginkan pelukan nyata darimu. Maka dari itu,

DIA ADALAH DILANKU TAHUN 2015

Gambar
                Sudah satu tahun sejak tulisanku yang lalu, tepatnya Desember 2015. Iya sih, sebenernya baru sebulan. Tapi anggap saja sudah setahun karena bukan hanya bulan yang berganti, tetapi juga status tahun. Kalau begitu, Selamat Tahun Baru kuucapkan untuk seluruh penikmat “keajaiban”-ku dan seluruh jiwa-jiwa bersemangat yang baru!!! Apapun resolusi di tahun ini dan tahun lalu, semoga terealisasi. Aamiin...                 Aku bingung ingin menulis apa. Aku lebih mudah menulis saat hatiku dipatahkan, sungguh. Aku sedang tidak patah hati. Aku jatuh cinta...pada salah satu tokoh yang kuharap dapat kutemui di dunia nyata. Perkenalkan, namanya Dilan. Siapapun kau, penikmat buku atau tidak, kusarankan kau membaca karya  Pidi Baiq yang satu ini. Tapi berjanjilah padaku bahwa kau tak akan jatuh hati pada Dilan karena aku sudah lebih dulu dan aku tak ingin bersaing denganmu.                 Kuharap aku bisa menemukan lelaki seperti Dilan. Nakal tapi cerdas, Panglima Tempu

BERUBAHLAH, SETIDAKNYA UNTUK MENTERTAWAKAN ORANG-ORANG YANG MEREMEHKAN

   Emang bener sih pepatah yang bilang kalo hidup itu kaya roda berputar . Kadang di atas, kadang di bawah. Berdoa aja kalo lo di posisi bawah, roda lo gak patah, terperosok di lumpur, dan gak ada pendongkrak. Bener juga sih kalimat yang bilang " Jangan pernah meremehkan orang lain ". Siapa tau bumi murka dan keadaan diputarbalikkan. Gue pengen cerita sama lo tentang temen kecil gue dulu yang sering banget gue ledekin.    Dulu, gue pernah tinggal di Medan. Gue sekolah disana mulai dari kelas 3 sampe 4 SD.    Jadi, gue punya temen. Sebut aja Y. Y itu cowok. Dia duduk di meja di sebelah gue. Gue deskripsiin, dia itu pendek. Iya gue bisa bilang kaya gitu karena dia emang lebih pendek dari gue. Trus anaknya juga pendiem gitu sih. Soalnya gue jarang liat dia main sama anak-anak yang lain. Disaat gue berasa jadi bos di kelas, dia masih anteng di bangkunya. Gue jarang banget main sama dia. Ngobrol cuma ala kadarnya.    Setahun di Medan, gue pindah rumah ke Binjai. Kita pisah dan

TERUNTUKMU, AKU MENULIS INI

   Teruntukmu, aku menulis ini, Tuan...    Sabtu malam kali ini, udara dingin menyelimuti kamar. Hujan diluar sana baru saja reda, tapi sisa-sisa kenangan yang dibawanya masih tertinggal. Disaat teman-temanku sibuk bermalam-minggu, aku sendirian meringkuk di balik selimut, berharap dekapannya mampu menghangatkanku--sehangat tatapanmu.    Bolehkah aku sedikit bercerita? Kurasa sudah sangat lama kita tak duduk berdua, bertukar cerita lewat lisan dan tatapan. Sungguh, aku merindukanmu. Rasanya ingin sekali aku menarikmu, mendekapmu erat agar kau sudi tinggal walau sejenak--mungkin sampai rinduku terobati.    Aku benar-benar tak tahu dimana kau sekarang, apa yang kaulakukan, dan perempuan beruntung mana yang menemani malammu ini. Kita sudah sebulan lebih tak saling menahu, walaupun selama ini diam-diam aku menjagamu dari jauh. Mungkin kau sedang sibuk dengan urusanmu, sedangkan aku disini sibuk dengan perasaanku.    Dengar... Ada satu hal yang dari awal sangat kutakutkan saat aku memut