DEAR NICHOL

   Maaf karena tulisanmu yang dulu baru sekarang terbalas. Aku sudah berkali-kali menulisnya, tapi selalu berhenti di tengah jalan. Ntahlah... Banyak hal yang ingin kusampaikan tapi terlalu bingung untuk dituliskan. Padahal biasanya menulis adalah salah satu caraku "berbicara" saat tak ada seorangpun pendengar atau terlalu sulit untuk berbicara lisan. Akhir-akhir ini, pikiranku kacau. Seandainya otakku bisa berbicara, aku yakin dia sudah berteriak, meracau tak jelas.
   O iya, terima kasih karena sudah menulis untukku. Sudah lama sekali tak ada laki-laki yang menulis untukku sejak kutemukan surat cinta di dalam laci mejaku sewaktu duduk di Sekolah Dasar. Kau tau? Aku tak percaya kau benar-benar menulis, menulis surat cinta lebih tepatnya. Ya, anggap saja tulisanmu itu sebuah surat cinta. Maksutku, lihatlah dirimu. Si penggila klub sepak bola berslogan YNWA, si pecandu nikotin bakar, si penikmat seni amatiran dengan tatto di lengan dan gaya slenge'an. Seandainya kau tau, beberapa wanita mungkin menganggapmu si brengsek dengan hanya melihat tampilan luarmu. Akupun seperti itu, dulu.
   Dan memang, peribahasa "Jangan hanya menilai dari luarnya saja" itu benar adanya. Kau tidak seperti kebanyakan lelaki, penampilannya adalah cerminan sikapnya. Penampilanmu hanya kamuflase, Nic. Dan aku terperangkap, terlalu jauh terperangkap. Iya, aku jatuh dan sekarang duduk tak berdaya karena tatapanmu.
   Harusnya waktu itu, di pertemuan pertama kita, tak perlu ada kontak mata antara kita. Harusnya aku hanya menatapmu sekilas dan lebih banyak mendengar celotehmu. Kau tau, kan? Mata lebih banyak menyimpan rahasia. Bodohnya aku terlalu menikmatimu, sampai aku lupa bahwa aku sedang tak ingin jatuh cinta. Tidak, maksutku terluka.
   Lupakan soal itu, sejujurnya aku malu menulis ini. Ada rasa panas menjalar di pipiku, mungkin sekarang merah bersemu. Aaah... Saat menulis ini, aku sedang dihantui banyak pikiran. Kau salah satunya.
   Bagaimana tidak? Sudah berapa hari yang lalu kita tak saling bertegur sapa, sekarang kau membawa berita. Buruk. Telepon genggammu hilang dan kau sedang terbaring tak berdaya di salah satu ruangan di rumah sakit yang aku tak tau ntah dimana itu. Temanmu bilang, kau akan di operasi. Kurang buruk apa lagi? Ayolah, kau boleh bermain-main di pikiranku, tapi jangan permainkan aku dan jangan membebaniku, kumohon! Aku yakin kau takkan percaya, tapi sungguh, aku mengkhawatirkanmu. Padahal kau pernah bilang, kau akan menjagaku karena aku menetap terlalu jauh dari rumah. Sekarang, siapa yang harus dijaga? Selucu inikah?
   Setelah membaca ini, berjanjilah padaku bahwa kau akan baik-baik saja untuk dirimu dan orang-orang sekitarmu. Tak perlu untukku. Aku hanya ingin kau baik-baik saja, duduk disampingku--seperti saat dikosanku--atau di depanku--seperti yang biasa kau lakukan saat kita duduk berdua di meja ketiga-luar dari arah depan di McD Padjajaran, mulai bercerita dan sesekali menggodaku. Tentu saja.
   Kurasa aku sudah terlalu banyak bercerita, lebih banyak daripada isi surat cintamu. Kupastikan ada seulas senyum bersarang di wajahmu saat membaca ini, dan kuharap tetap bersarang disana.

Komentar

  1. keren penyampaiannya, sampai aku bingung ini fiksi atau cerita nyata yang dibuat sengaja agar terkesan fiksi. tapi siapa aku, beraninya komentar panjang tentang kisahmu, aku hanya orang yang tersesat di blogmu

    kalau ada waktu, mampir ya di blogger lifestyle medan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya ini curhatan bang, bercerita lewat tulisan. Karna setauku, kertasku ga akan ngerubah alur cerita yg udah kutulis hahaaa.
      Ini bang kombur bukan sih?

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERUNTUKMU, AKU MENULIS INI

KAU TERUS BERLARI SEDANGKAN AKU LELAH MENCARI

NICHOL BILANG...