ANGIN PUJAAN HUJAN


"Datang dari mimpi semalam
Bulan bundar bermandikan sejuta cahaya
Di langit yang merah, ranum seperti anggur
Wajahmu membuai mimpiku..." 


   Sekarang hujan. Cuaca yang tepat untukku bermalas-malasan. Lagu Angin Pujaan Hujan-nya "Payung Teduh" yang pernah kau rekomendasikan untuk kudengarkan, mengalun bersama dengan derasnya hujan diluar.
   Sudah lewat beberapa malam tanpa kabarmu, sejujurnya aku rindu. Amat rindu. Seandainya memberitahumu tentang semua perasaan ini terasa mudah, sudah kuberitahukan sejak awal. Semua terasa semakin berat dikarenakan posisiku sebagai perempuan. Semua orang juga tau, mungkin sudah kodratnya seorang perempuan harus bergengsi tinggi. Aku harus memendam perasaan sampai kau yang lebih dulu angkat bicara tentang "kita" agar tak dianggap rendahan, padahal perasaan ini sudah hampir mencapai klimaksnya.
   Apa kau tak merasakan hal yang sama sepertiku? Kau tak rindu?
   Kau ingat? Dulu, aku pernah tak berkabar beberapa jam saja dan itu mampu membuatmu kecarian. Katamu, kau hanya rindu dan mengajakku bertemu. Padahal tidak ada hal penting yang harus kita bicarakan. Kau membuatku merasa dibutuhkan. Jujur saja, aku menyukainya.
   Belum lagi kejadian waktu itu. Saat suasana hatiku sedang rusak-rusaknya di tengah malam, kau rela berjalan jauh mencari eskrim coklat kesukaanku untukku agar moodku kembali lagi.
   Ada juga kejadian yang masih hangat melekat di pikiranku. Masih di jam yang sama tapi di malam yang berbeda. Aku baru saja selesai rapat dalam keadaan kelaparan. Ternyata kau pun sama, menahan lapar agar bisa makan bersama. Sekali lagi, kau rela berjalan jauh ke kosanku di tengah malam. Kita makan berdua, mengusir lapar bersama.
   Tuan, perempuan mana yang tidak suka diperlakukan istimewa seperti itu? Kau benar-benar tau mengistimewakanku, meruntuhkan pemikiranku yang mengganggapmu nol. Tapi kau juga benar-benar tau membuatku merasakan pemikiran awalku, dianggap nol. Ya, kau membalikkan keadaan. Selamat, Tuan.
   Sekarang, kau tak lagi mencariku saat aku tak berkabar, bahkan tak berkabar sampai berhari-hari. Kau tak lagi menjadi si pendongkrak suasana hati. Kau tak lagi menemaniku makan saat aku digerogoti kelaparan di tengah malam. Tak ada. Bahkan saat aku benar-benar dilanda rindu seperti ini, kau juga tak kunjung datang.
   Malam ini, sepertinya aku benar-benar dihakimi situasi. Lagu ini seperti menamparku keras. Semua yang terjadi saat ini; hujan, malam, dan lagu ini benar-benar mewakili apa yang sama sekali tak bisa kuutarakan.


"Sang pujaan tak juga datang
Angin berhembus bercabang
Rinduku berbuah lara..."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERUNTUKMU, AKU MENULIS INI

KAU TERUS BERLARI SEDANGKAN AKU LELAH MENCARI

NICHOL BILANG...