SAMPAI SAAT INI PUN, KAU MASIH YANG UTAMA


8 Agustus 2015

   Semua penghuni rumah, kecuali abang sepupuku, sudah berada di mimpinya masing-masing saat aku mulai menulis ini. Aku, tentu saja dengan earphone yang terpasang & musik yang menyala, masih memikirkanmu. Apalagi di jam-jam rawan galau seperti ini, dimana aku bisa dengan leluasa berimajinasi tentangmu tanpa harus dirusak oleh aktivitas harianku.
   Hari ini tepat lima bulan setelah kamu "diputuskan" untuk pergi. Tidak ada yang istimewa. Aku hanya ingin menulis saja, berusaha bercerita padamu yang sangat jauh disana lewat tulisan, media lain selain doa. Karena tak ada tempat bercerita terbaik selain dengan Tuhan dan diri sendiri.
   Tidak banyak yang berubah dariku di lima bulan ini. Foto-fotomu masih tertata rapi di dinding kamarku dan masih lengkap di memoriku. Nalarku masih beranggapan bahwa kau ada disini, disekelilingku, untuk menjagaku. Tangisku masih tetap pecah setiap kali berhubungan dengan apapun tentangmu dan tentang penyesalanku.
   Kamu masih tetap menjadi akar dari segala pemikiran. Kamu masih menjadi topik utama. Sulit sekali menyingkirkanmu barang sehari, eh tidak, mungkin sesaat. Ya, sulit sekali menyingkirkanmu barang sesaat dari pikiranku. Aku tidak sedang ber-hiperbolis, sungguh. Semua tentangmu memang sulit dimusnahkan.
   Aku butuh seseorang untuk menggantikan posisimu. Kupikir itu lebih baik daripada harus menangisimu setiap saat atau mendengar bualan-bualan mereka yang kusalah-artikan karena keinginanku yang masih bersikeras menganggap kau masih ada disini. Berhasil, tapi tidak bertahan lama. Apapun yang aku lakukan selalu berakhir di kamu. Sungguh, kau membuatku tak bisa ke lain hati. Jadi, kuputuskan untuk membangun tahta untukmu sebaik mungkin di salah satu sudut hatiku. Khusus untukmu dan tak akan pernah terusik.
   Akan ada lelaki yang pasti mengisi hati karena tak mungkin selamanya aku menghukum diriku untuk menunggumu datang. Sungguh mustahil. Siapapun kelak yang mengisi, kau akan tetap bersemayam disana, di tempat yang telah kurelakan untuk kau tempati. Di sudut hati. Tetaplah hidup disitu sampai aku tak sanggup lagi.
   Ini baru memasuki bulan kelima tapi aku merasa kau sudah pergi terlalu lama. Bagaimana dengan bulan keenam, ketujuh, dan seterusnya... atau selamanya? Kupikir selamanya terlalu lama untuk menunggu. Tapi nyatanya, aku memang harus menunggu selama-yang-Tuhan-kehendaki untuk kita bertemu.
   Kita memang belum sempat bertatap muka disini. Tapi kupastikan kita akan bertemu dan aku akan menyentuhmu, seperti hasratku selama ini, disana. Ya, aku tau kamu ada disana, di tempat impian terakhir semua orang. Surga. Jadi, aku akan berusaha menabung amalanku sebagai investasi untuk bertemu denganmu. Bersabarlah, seperti aku yang selalu bersabar menunggumu datang disetiap bunga tidurku.
   Ah... Kukira ini terlalu malam untuk berpikir lebih jauh dan terlalu lelah untuk menangisimu. Sudah saatnya aku menyusul penghuni rumah untuk tidur. Malam ini, akan kujadikan mimpi indah agar kau sudi datang. Sampai bertemu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERUNTUKMU, AKU MENULIS INI

KAU TERUS BERLARI SEDANGKAN AKU LELAH MENCARI

NICHOL BILANG...